KASEKABAR.com – SAM Air Indonesia adalah maskapai penerbangan yang melayani penerbangan perintis khusunya di wilayah Indonesia Timur. Maskapai ini telah menjadi salah satu pemain utama dalam industri penerbangan domestik, menghubungkan berbagai daerah terpencil dengan layanan yang andal. Namun, belakangan ini nama SAM Air menjadi perhatian publik setelah kabar jatuhnya salah satu pesawatnya di sekitar Bandara Panua, Pohuwato, Gorontalo pada 20 Oktober 2024.
Peristiwa kecelakaan tersebut memunculkan pertanyaan tentang siapa yang berada di balik SAM Air. Maskapai ini merupakan bagian dari PT Semuwa Aviasi Mandiri, dan dikenal berperan penting dalam menyediakan akses transportasi udara di daerah-daerah yang sulit dijangkau.
Siapa Pendiri SAM Air?
SAM Air didirikan oleh Wagus Hidayat, pria kelahiran Wamena, Papua, pada 16 Agustus 1975. Dikenal dengan panggilan Haji Dayat, ia memulai hidupnya dengan berbagai pekerjaan yang jauh dari industri penerbangan. Pada tahun 1990-an, Haji Dayat bekerja sebagai kondektur bus di Makassar. Sepuluh tahun kemudian, ia pindah ke Papua dan mulai menjual bensin botolan di daerah pegunungan tengah, seperti Wamena dan Puncak Jaya.
KONTEN IKLAN

IKLAN - SCROLL UNTUK MELANJUTKAN
Merupakan pendatang di tanah papua dari Sulawesi Selatan, Wagus Hidayat Aktif sebagai Tokoh Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan di Jayapura, belakangan ia diketahui sempat menjadi Anggota DPRD Kabupaten Jayapura Periode 2019-2024.
Kisah perjalanan hidup Haji Dayat merupakan contoh inspiratif dari seseorang yang bangkit dari bawah. Berkat ketekunannya, ia belajar dari tokoh pengusaha lain seperti Susi Pudjiastuti yang juga merintis maskapai penerbangan dari daerah terpencil. Pada tahun 2021, Haji Dayat mendirikan SAM Air, maskapai penerbangan perintis yang berfokus pada wilayah Papua dan Maluku.
Kepemimpinannya sangat berpengaruh dalam mengarahkan perkembangan SAM Air, terutama dalam menghadapi tantangan besar yang dihadapi industri penerbangan. Kecelakaan yang terjadi baru-baru ini tentu menjadi ujian besar bagi Haji Dayat dan maskapainya, namun upaya untuk melakukan investigasi menunjukkan komitmen perusahaan terhadap keselamatan dan profesionalisme.
Visi dan Misi Awal Pendiri
Visi Haji Dayat dalam mendirikan SAM Air adalah untuk memberikan akses penerbangan di daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh maskapai komersial lainnya. Ia ingin agar masyarakat di wilayah terpencil seperti Papua, Maluku dan Sulawesi memiliki akses transportasi udara yang lebih mudah dan terjangkau. Selain itu, ia juga ingin berkontribusi pada pembangunan infrastruktur transportasi di Indonesia timur.
Misi SAM Air tidak hanya terbatas pada penerbangan charter tidak terjadwal, tetapi juga melayani rute-rute penerbangan perintis yang ditetapkan oleh pemerintah. Dengan dukungan awal enam unit pesawat propeller, SAM Air berhasil mendapatkan kepercayaan untuk melayani puluhan bandara perintis di Indonesia Timur.
Perjalanan Membangun Maskapai SAM Air
Sebelum mendirikan SAM Air, Haji Dayat melalui perjalanan hidup yang penuh tantangan. Dari kondektur bus hingga penjual bensin botolan, ia merintis kariernya dengan kerja keras dan ketekunan.
Mendirikan maskapai penerbangan bukanlah hal yang mudah, terutama dengan keterbatasan modal dan persaingan yang ketat dalam industri penerbangan. Namun, Haji Dayat berhasil membawa SAM Air melalui rintangan tersebut dan menjadikannya maskapai yang diandalkan di wilayah Papua dan Maluku.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapinya adalah memenuhi kebutuhan regulasi pemerintah serta memastikan operasional maskapai berjalan dengan baik di wilayah-wilayah terpencil yang memiliki infrastruktur terbatas. Keberhasilan SAM Air dalam menghadapi tantangan-tantangan ini membuktikan kekuatan visi dan kepemimpinan Haji Dayat.
Tragedi Jatuhnya Pesawat SAM Air
Pada Minggu, 20 Oktober 2024, tragedi menimpa maskapai SAM Air ketika pesawat Twin Otter milik mereka jatuh di sekitar Bandara Panua, Pohuwato, setelah lepas landas dari Bandara Djalaluddin Gorontalo. Pesawat yang terbang pada pukul 07.03 WITA ini hilang kontak 19 menit setelah lepas landas. Kecelakaan tersebut menelan korban jiwa, termasuk pilot Kapten M Saefurubi A, co-pilot Arthur Vico G, engineer Budijanto, dan satu-satunya penumpang, Sri Meyke Male.
Penyebab kecelakaan ini belum diketahui dengan pasti, dan investigasi masih terus berjalan. Haji Dayat, selaku pemilik SAM Air, menyatakan duka yang mendalam atas insiden ini dan berjanji akan melakukan investigasi yang komprehensif untuk menemukan penyebab kecelakaan tersebut. Kejadian ini menyoroti pentingnya keselamatan dalam operasional penerbangan, terutama di daerah-daerah dengan kondisi geografis yang sulit.
Kesimpulan
Kisah Haji Dayat sebagai pendiri SAM Air Indonesia adalah bukti bahwa dengan ketekunan, visi yang kuat, dan komitmen, seseorang dapat membangun sesuatu yang besar meskipun memulai dari bawah. Meski tragedi jatuhnya pesawat SAM Air pada Oktober 2024 menjadi pukulan berat, Haji Dayat tetap berkomitmen untuk memastikan maskapai ini terus melayani penerbangan perintis di wilayah-wilayah terpencil Indonesia. Dengan langkah-langkah investigasi yang akan dilakukan, diharapkan SAM Air dapat belajar dari kejadian ini dan terus meningkatkan keselamatan serta kualitas layanannya.