Kasekabar.com – Pelaksanaan Konferensi Koordinator Cabang (Konkoorcab) ke-X PMII Sulteng di Tolitoli menuai polemik akibat intervensi Ketua IKA PMII Sulteng, Dr. Ghani Jumat.
Konkoorcab X Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sulteng yang dijadwalkan berlangsung di Kabupaten Tolitoli pada (22/4), dinodai kisruh internal.
Ketua IKA PMII Sulteng, Dr. Ghani Jumat, disebut mengintervensi panitia dengan mengusulkan pemindahan lokasi kegiatan ke Kota Palu secara sepihak.
KONTEN IKLAN

IKLAN - SCROLL UNTUK MELANJUTKAN
Padahal, pelaksanaan Konkoorcab telah diputuskan oleh Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII Sulteng dan dipersiapkan secara matang oleh panitia lokal.
Hambali Mansur, mantan Ketua PMII Palu 1993–1994, menyayangkan sikap Ketua IKA PMII yang dinilai memperkeruh suasana dan merusak semangat kader.
“Seharusnya IKA PMII memberi solusi, bukan justru memperkeruh keadaan,” ujar Hambali.
Ia mengaku sebelumnya telah dihubungi Ketua PMII Sulteng, Rizal, untuk membantu menyukseskan agenda Konkoorcab ke-X di Tolitoli.
Hambali juga menyampaikan kekecewaannya karena alumni di Tolitoli sudah jauh-jauh hari mempersiapkan diri sebagai tuan rumah.
“Saya kaget, tiba-tiba ada riuh di grup IKA PMII Tolitoli tentang paksaan pemindahan lokasi,” ungkapnya.
Ia menegaskan, secara hukum, IKA PMII tidak berhak mencampuri dinamika organisasi PMII karena status dan perannya berbeda.
“Kita sebagai alumni tidak boleh mengintervensi adik-adik, ini zaman mereka. Biarkan mereka berproses,” tambahnya.
Hambali mendesak Ketua PKC PMII Sulteng untuk segera menyatakan sikap tegas terkait polemik ini agar tidak berlarut-larut.
Polemik ini mencerminkan pentingnya peran alumni sebagai pembina, bukan pengambil keputusan dalam tubuh organisasi kemahasiswaan.