KASEKABAR.com – KM Kerinci, kapal legendaris milik PT Pelni, memiliki sejarah panjang yang sarat dengan peristiwa dan transformasi. Diluncurkan pada Sabtu, 7 Mei 1983 di galangan Jos Meyer Werft, Papenburg, Jerman.
Kapal ini dinamai sesuai nama Gunung Kerinci di Jambi, simbol kekuatan dan ketangguhan. Dengan panjang 144 meter, lebar 23 meter, dan kedalaman 6,3 meter, KM Kerinci mampu melaju dengan kecepatan 18-20 knot.
Kapasitas dan Perjalanan Awal KM. Kerinci
Saat pertama kali beroperasi, KM Kerinci memiliki lima kelas penumpang: kelas 1 berkapasitas 100 orang, kelas 2 berkapasitas 200 orang, kelas 3 dengan 300 penumpang, kelas 4 sebanyak 450 orang, dan kelas ekonomi yang menampung hingga 500 penumpang.
KONTEN IKLAN

IKLAN - SCROLL UNTUK MELANJUTKAN
Fokus utama kapal ini adalah mengangkut penumpang dan barang curah, bukan kontainer, sehingga menjadi andalan masyarakat yang bepergian antarpulau.
Rute awalnya meliputi perjalanan antara Sibolga, Padang, Jakarta, Surabaya, Makassar, Balikpapan, Pantoloan, Toli-Toli, hingga Tarakan. Pada dekade 1990-an, KM Kerinci mengalami kecelakaan serius di Teluk Bayur, Padang, akibat arus laut yang kuat, menabrak batu karang hingga membuat kapal miring dan harus diperbaiki di luar negeri.
Insiden ini menyebabkan KM Kerinci vakum sementara, dengan rutenya digantikan oleh KM Lambelu.
KM Kerinci Menjadi Kapal Pesiar
Pada pertengahan 2004, KM Kerinci diambil alih oleh Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi (BKPRS) dan diubah menjadi kapal pesiar pertama di Indonesia Timur yang dikelola oleh PT. Pelni melalui BKPRRS.
Renovasi total dilakukan, termasuk perubahan warna dan akomodasi kapal. Rute baru mencakup objek wisata maritim di lima provinsi Sulawesi: Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Gorontalo. Sayangnya, biaya tiket yang dianggap mahal oleh masyarakat menyebabkan operasional sebagai kapal pesiar tidak bertahan lama.
Kembali Menjadi Kapal Penumpang Biasa
Setelah masa singkatnya sebagai kapal pesiar, KM Kerinci kembali beroperasi sebagai kapal penumpang dengan rute pendek meliputi Balikpapan, Makassar, dan Bau-Bau. Perjalanan sejarah kapal ini berakhir pada tahun 2014, ketika KM Kerinci dijual seharga Rp26 miliar dan akhirnya dipotong menjadi besi tua.
Kisah KM Kerinci mengingatkan kita pada peran penting transportasi laut dalam menghubungkan berbagai wilayah di Indonesia. Meskipun akhirnya dijual, KM Kerinci tetap diingat sebagai simbol perjalanan laut Indonesia.