Kasekabar.com, Buol – Maraknya kasus kekerasan dan pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Buol menuai sorotan tajam dari Korps HMI-Wati (Kohati) Cabang Buol.
Ketua Kohati, Rahmatya Hizbul, mengecam keras lemahnya penanganan kasus-kasus tersebut. Ia menilai bahwa kasus serupa sudah terlalu sering terjadi bahkan di ruang paling privat seperti rumah.
“Yang lebih menyakitkan, pelakunya justru orang terdekat korban. Mulai dari pasangan, keluarga, hingga ayah kandung. Korban merasa tak lagi punya tempat aman untuk berlindung,” ujar Rahmatya saat dihubungi Kasekabar.com, Kamis (31/7).
KONTEN IKLAN

IKLAN - SCROLL UNTUK MELANJUTKAN
Trauma Korban Tak Terlihat, Keadilan Tak Terjangkau
Rahmatya menjelaskan bahwa para korban, yang sebagian besar masih anak usia sekolah, mengalami dampak psikologis berat. Trauma yang dialami pun tak hanya mengganggu pendidikan mereka, tapi juga kehidupan jangka panjang.
“Mereka depresi, merasa tertekan, bahkan ada yang sampai ingin mengakhiri hidup. Ini bukan sekadar isu moral, tapi krisis kemanusiaan,” lanjutnya.
Ironisnya, ia menambahkan bahwa setelah dilaporkan, kasus-kasus tersebut kerap lenyap tanpa kejelasan. Minimnya tindak lanjut dari aparat dan instansi membuat korban merasa kehilangan harapan atas keadilan.
Harapan Penanganan yang Adil dan Transparan
Kohati menuntut agar pemerintah daerah dan aparat penegak hukum bertindak tegas serta memberikan perlindungan optimal kepada korban. Selain itu, pendampingan psikologis dinilai penting untuk pemulihan korban dan keluarganya.
“Kami berharap tidak ada lagi permainan atau tekanan yang membuat korban bungkam. Kasus seperti ini harus diselesaikan secara transparan dan manusiawi,” tegas Rahmatya.
Korps HMI-Wati juga mendorong edukasi dan peningkatan kesadaran publik agar pelecehan dan kekerasan seksual tidak lagi dianggap tabu atau disembunyikan.